PELAYANAN MALAIKAT
‘Tetapi jawabnya: “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” (Keluaran 33:18)
Mempelajari kitab Kejadian mengenai cara-cara Tuhan menghubungi umat-Nya dahulu untuk bercakap-cakap dengan mereka melalui ketiga contoh yang sudah dibahas sebelumnya (penglihatan, mimpi atau ilham Roh Kudus di dalam hati) menunjukkan, bahwa sikap hidup dan iman setiap orang yang mengasihi-Nya ikut mempengaruhi, bahkan sangat menentukannya. Tentu saja cara-cara Tuhan tersebut masih tetap berlaku sampai sekarang, karena kenyataannya, setiap orang harus menentukan sendiri sesuai dengan iman masing-masing, bagaimana mereka ‘mau’ atau ‘bisa’ terhubung dengan Tuhan!
Apabila kita memperhatikan kisah-kisah di dalam kitab Perjanjian Lama tersebut secara lebih teliti lagi, bagaimana Tuhan sudah berfirman, berdialog, bertemu muka, bahkan sempat bergulat dengan (salah seorang dari) mereka, kita bisa melihat, kendatipun dinyatakan di sana, bahwa seolah-olah Ia sendiri yang berfirman atau bercakap-cakap dengan orang-orang tersebut, sebenarnya … ada ‘pribadi-pribadi’ sorgawi lainnya yang pergi mewakili Dia sebagai utusan untuk menemui mereka.
Peristiwa penting di kitab Keluaran 3 yang dialami oleh Musa ketika ia untuk pertama kalinya menerima panggilan Tuhan di gunung Horeb, membuka pengertian itu dengan jelas sekali.
Pada awalnya tertulis di sana: “Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.” (Keluaran 3:2)
Setelah itu, ketika Musa hendak memeriksa apa yang sedang disaksikan olehnya, tiba-tiba Allah berseru dari tengah-tengah semak duri yang sedang menyala tersebut dan mulai bercakap-cakap dengannya. (Keluaran 3:5) Ayat berikutnya mencatat:
‘Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.’ (Keluaran 3:6)
Jadi sebenarnya, seperti yang dilukiskan di dalam kisah-kisah di kitab Kejadian yang sudah dibahas sebelumnya, untuk menemui Musa secara pribadi, … malaikat sorgawilah yang mewakili TUHAN untuk menyampaikan firman itu kepadanya! Dan oleh karena mereka adalah utusan-utusan-Nya yang sah, setiap perkataan yang keluar dari mulut malaikat-malaikat itu, dicatat di sana murni sebagai firman yang diucapkan oleh Tuhan secara pribadi!
Kesimpulan tersebut semakin didukung oleh peristiwa berikutnya yang dialami oleh Musa pada saat mendaki gunung Sinai atas permintaan Tuhan untuk menemui dan bersekutu dengan-Nya, di mana ia menerima kedua loh batu yang berukirkan kesepuluh perintah Allah. Ketika Musa menyatakan keinginannya agar ia bisa menatap wajah-Nya, alkitab menjelaskan:
‘Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.” (Keluaran 33:20)
Ayat itu membuktikan, bahwa tidak ada seorang pun sesudah Adam dan Hawa, baik di zaman dahulu maupun sekarang, yang pada masa hidupnya pernah menyaksikan kemuliaan wajah Allah Bapa, sekalipun dinyatakan di dalam alkitab, bahwa mereka hidup bergaul erat dengan Dia!
Perhatikanlah apa yang terjadi dengan kehidupan Musa tidak lama sesudah pertemuannya dengan Tuhan di gunung Horeb untuk pertama kalinya!
Memang malaikat-malaikat sorgawi adalah utusan-utusan-Nya yang dari dahulu sampai di akhir zaman nanti, akan tetap melakukan tugas-tugas mulia tersebut. Tetapi semenjak zaman Musa, manusia pun, mulai dengan Musa sendiri, dipakai oleh Tuhan sebagai penyambung lidah-Nya untuk menggenapi rancangan-rancangan-Nya di dunia. Musa, dibantu oleh kakaknya, Harun, diutus oleh Tuhan untuk mewakili-Nya menghadap kepada Firaun, guna mengatur pembebasan orang-orang Israel dari masa perbudakan mereka di Mesir.
Kitab Keluaran mencatat bagaimana TUHAN menjelaskan hal itu kepada Musa:
‘Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.” (Keluaran 7:1)
Di sana Tuhan menetapkan Musa, yang hidup pada zaman itu (Bilangan 12:3), sebagai utusan yang mewakili-Nya untuk melakukan mujizat-mujizat dahsyat.
Pada jaman berikutnya, hal ini ditegaskan lagi oleh utusan Allah yang datang kemudian yaitu Yesus, dalam catatan injil Yohanes.
"Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat." (Yohanes 5:37)
Kiranya ini sudah lebih dari sekedar culup untuk menjelaskan bahwa setelah Adam dan Hawa, tidak ada manusia yang pernah mendengar suara Allah, apalagi bertatap muka dengan-Nya!